Selasa, 11 April 2017

Yang Lebih Utama

Pada suatu hari saya menemukan postingan seorang adik yang menyentil saya. Menyadarkan bahwa memang tak dipungkiri bahwa lelaki memiliki kriteria sendiri dalam mencari calon istri. Tak mengapa, asalkan masih berpegang pada syariat, agar tetap selamat. Hal ini membuat saya teringat pada suatu ketika ketika mengikuti kajian di AQL. Saat itu sambil menanti ustadz Zaitun, pengisi pengajian malam itu, akhirnya ada sharing dengan ustadz Hasan. ustadz hasan ini dakwahnya sungguh luar biasa, berkeliling dari tempat terpencil satu ke tempat lainnya. menyebarkan nilai-nilai islam di mana2, membangun beberapa masjid padahal beliau bukanlah seorang kaya raya tujuh turunan seperti para pengusaha sukses lainnya, dan banyak hal lainnya yang jujur saja membuat iri jama'ah di sana, salah satunya adalah beliau ini mualaf namun tekadnya berdakwah sangat kuat, masya Allah barakallahu fiik.


saat itu, MC jadi tertarik mengulik kehidupan pribadi ustadz hasan, salah satunya tentang pendamping. jadi saat itu ustadz hasan sudah sering mengisi kajian tentang parenting maunpun rumah tangga. namun beliau merasa ada yang kurang pas karena beliau sendiri belum menikah. beliau merasa hanya bisa bicara tanpa aksi nyata. maka saat itu beliau berdoa dengan sepenuh hati meminta pada Allah untuk dipertemukan dengan jodoh secepatnya, siapa saja, yang penting bersedia mengikuti beliau berdakwah di manapun ditempatkan. Dan saat itu datanglah tawaran menikah dengan akhwat yang lebih tua 5 tahun dari beliau. Karena niat menikahnya adalah untuk berdakwah, maka ustadz hasan langsung mengiyakan tawaran itu.

Dari penuturan ustadz hasan, mc mengatakan pada jamaah, “ini dia penyakit pertama seorang ikhwan dalam mencari pasangan: harus yang lebih muda. Ini ustadz hasan dapat yang lebih tua dari beliau 5 tahun saja nggak masalah!”

Lalu saya juga mulai menyambungkan dengan kisah Rasulullah yang menikah dengan Khadijah yang lebih tua dari Beliau, dan Khadijahlah wanita yang sangat beliau sayang, yang memiliki satu-satunya tempat special di hati Rasulullah. Padahal Khadijah bukanlah gadis belia yang menurut banyak pendapat merupakn pilihan yang utama dalam memilih seorang istri.

Dari sini pun saya melihat bahwa ada sesuatu yang sungguh harus diluruskan di masyarakat kita. Mengenai memilih istri. Bukan gadis atau janda, namun memang lihat dari akhlak, ketaqwaan, keimanan kepada Allah, itu yang selamat. Karena banyak yang gadis, lebih muda, namun tidak perawan (kalau mau membicarakan perawan). Banyak yang masih gadis tapi tidak mampu menjaga kehormatannya. Yang dengan mudah dipegang kapan saja, bahkan diajak ‘ngamar’ sama siapa saja, na’udzubillah.

Sementara itu ada banyak sekali wanita yang sudah menikah namun akhirnya berpisah (janda atau saya biasa menyebut re-single) yang justru lebih enjaga kehormatannya. Meski ia sudah pernah merasakan bagaimana sentuhan lelaki, namun tak lantas mengobral diri. Ia masih bisa menjaga kemuliaannya sebagai wanita. Seperti yang Khadijah lakukan hingga ia mendapatkan gelar ath Thahirah (yang mampu menjaga kesuciannya) karena mampu dengan sangat baik menjaga diri dan kesuciannya. Hanya yang berhak menyentuhnyalah yang boleh menyentuhnya. Masya Allah…


Bahkan dalam quran surat at Tahrim:5 Allah menyebutkan kata-kata ‘yang janda dan yang perawan’ sebagai bentuk penjelasan bahwa taka da yang lebih utama di antara keduanya. Karena yang membedakan adalah ketaqwaan di hadapan Allah.
gambar didapat dari sini muslim couple

Tidak ada komentar:

Posting Komentar